Nusantara Sehat, Berjuang Keluar Hutan Untuk Mencari Makan Di Perbatasan Indonesia Papua
Nusantara Sehat membawaku dan rekan-rekan satu tim ku untuk keluar dari zona nyaman yang sesungguhnya untuk dua tahun kedepan. Bagaimana tidak ,saat ini saya dan rekan-rekanku berada ditempat yang sangat terpecil dan sangat terpelosok, dimana lagi kalau bukan di ujung timur Indonesia. Yah betul sekali sekarang kami sedang berada di distrik paling ujung dari negara kita Indonesia yaitu distrik kombut.
(Foto by : nusantarasehatku.id) |
Distrik ini terletak di kabupaten Boven Digoel Papua, untuk mengaksesnya sendiri kabupaten ini berjarak sejauh lebih kurang 600 KM dari Kabupaten Merauke dengan di tempuh jalur darat selama lebih kurang 7-8 jam perjalanan. Yah cukup jauh memang, selain itu perjalanannya sungguh cukup melelahkan.
Namun pada kesempatan ini saya akan menceritakan bagaimana kami berjuang untuk mendapatkan bahan makanan untuk menjamin kelangsungan perut dan hidup kami setiap bulannya. Hehehe mungkin agak terdengar lucu yah ditelinga teman-teman semua, masa untuk mendapatkan bahan makanan saja harus diceritakan dan di share ke orang banyak ??
Yah ini semua agar bisa teman-teman ketahui juga bagaimana sih hidup dan survive di pedalaman Papua hehe…
Oh yah, karena kampung yang kami tempati merupakan kampung yang paling terujung dan berbatasan langsung dengan Papua Nugini, maka akses yang ditempuh untuk menuju kampung kami begitu sangat susah. Bagaimana tidak, kondisi jalan yang berlumpur dan penuh kubangan di kanan kiri serta di tengan jalan menjadi pemandangan terindah sepanjang perjalanan menuju tempat pengabdian kami. Hal ini mambuat kendaraan seperti mobil, berpikir dua kali untuk masuk apalagi dikala hujan tiba.
Jangankan kendaraan seperti mobil, kendaraan bermotor saja berpikir dua kali untuk menuju distrik terdekat untuk membeli kebutuhan makan sehari-hari ketika hujan turun. Oh yah, karena kampung kami memiliki akses yang sulit untuk dilalui maka kebutuhan masyarakat setempat tidak banyak tersedia di kampung. Jangankan warung-warung sembako, pasar saja tidak ada ditempat kami, hal ini membuat kami harus keluar untuk membeli bahan makanan untuk kebutuhan sehari-hari di distrik sebelah.
Jalan yang kami laluipun untuk sampai kedistrik tetangga tidak bisa dibilang dekat, untuk sampai kesana kami membutuhkan waktu lebih kurang 3 jam perjalanan dengan melewati tiga jenis jalan. Jalan yang kami lalui pertama yaitu tanah berlumpur dari kampung kami menuju kampung terdekat dengan ditempuh selama lebih kurang 45 menit-1 jam perjalanan, jalan kedua yaitu jalan beraspal sampai di distrik sebelah, selain jalan beraspal kita juga akan melewati jalan kerikil dengan panjang lebih kurang 3 Km.
Selain itu masih ada banyak jembatan rusak yang sudah tidak layak pakai akan dilewati saat diperjalan pergi dan pulang nanti. Jujur sebagai pendatang yang belum lama menetap di kampung ini, cukup susah untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada, khusunya jalan dan jarak tempuh yang jauh. Belum lagi ada banyak jembatan yang rusak parah dan jika tidak berhati-hati maka nyawa bisa jadi sasarannya.
Meskipun jarak yang cukup jauh dengan rintangan dan risiko yang cukup besar dengan melewati hutan belantara Papua, namun hati ini seakan kokoh dan tidak pernah sedikitpun terlintas rasa takut didalamnya. Lagi pula tidak ada pilihan lain, ini jalan satu-satunya yang dapat kami lakukan untuk tetap dapat bertahan hidup di ujung timur tanah cendrawasih, agar tetap dapat memberikan pelayanan terbaik kami kepada masyarakat setempat secara merata.
Saat akan turun berbelanja, maka biasanya kami bergerak menju distrik tetangga dari puskesmas sekitar jam 10 Pagi dan akan sampai sekitar pukul 1 sampai 2 siang jika tidak ada kendala ditengah perjalanan. Jika ada kendala maka waktu yang dibutuhkan akan lebih lama lagi, biasanya kendala yang kami alami seperti ban bocor dan lainnya. Dan jika ban bocor pada saat itu, yah otomatis kita akan langsung menggantinya dengan yang baru di tempat itu juga, karena sekalai lagi di tengah hutan Papua tidak akan ditemukan bengkel motor hehehe.
Kerasnya tantangan yang ada membuat kami lama-kelamaan makin terbiasa dengan kondisi dan medan yang ada, selain itu secara tidak langsung keadaan juga memaksa kami untuk lebih mandiri dan lihai melakukan segala sesuatu yang sebelumnya tidak pernah kami lakukan. Begitulah memang kehidupan, selain kami di tuntut untuk lihai dalam memberikan pelayanan kesehatan, di Nusantara Sehat ini kami juga dipaksa untuk mandiri secara nyata. Hal ini dikarenakan kita tidak bisa banyak bergantung dengan orang lain secara terus menerus ditengah kondisi dan medan pengabdian yang tidak pernah bisa kita prediksi secara akurat dan penuh dengan keterbatasan.
Nasib baik jika tidak ada kendala maka kami akan sampai dengan tepat waktu ke puskesmas, biasanya kami sampai dari distrik sebelah ke puskesmas sekitar jam 5 sore. Namun ada beberapa kesempatan kami juga perah mencicipi sepinya malam di sepanjang hutan Papua ketika pulang dari membeli bahan makanan.
Oh yah, masih teringat dan terekam dengan jelas di kepalaku saat kejadian sial itu menimpa kami. Saat itu kami bergerak menuju puskesmas jam 4 sore, namun sayang sekali ditengah perjalanan salah satu motor yang kami bawa mengalami gangguan pada ban belakangnya, sehingga memaksa kami untuk memperbaikinya di perkampungan terdekat.
Namun karena minimnya alat yang kami bawa memaksa saya untuk mencari bantuan pada masyarakat setempat, dan sayang sekali kami tidak mendapatkan alat yang kami cari. Malam memaksa kami untuk kembali secepatnya meskipun dengan kondisi motor yang tidak baik, selain itu rekan-rekan tim ku yang lain sudah menunggu dan sangat cemas dengan kondisi kami saat itu.
Dengan kondisi hujan yang cukup deras kami mencoba menjalankan 2 motor yang kami bawa dengan cukup pelan dan hati-hati sambil membela sunyinya malam ditengah hutan papua. Mulut dan hatiku tidak henti-hentinya selalu berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keselamatan sampai ke puskesmas nanti.
Munafik rasanya jika saya mengatakan kalua perasaan takut, gelisah, was-was tidak saya rasakan. Namun keadaan terus memaksa kami untuk tetap jalan menuju rumah. Kadang halusinasi seketika mulai datang menghampiri namun kukuatkan hatiku agar tetap focus dan menyebut nama Allah. Bagaimana halusinasi tidak akan muncul, sepinya hutan serta gelapnya malam ditambah banyaknya suara dan bunyi yang kami dengar di sepanajng jalan selalu datang menghampiri kami sampai ke tempat tujuan.
Belum lagi kami harus melewati jalan kubangan berlumpur dengan hujan yang cukup deras di tengah hutan yang begitu sepi, begitu hati ini bergetar sangat kuat kurasakan di malam itu. Namun dengan kuasa dan perlindungan oleh Allah SWT, akhirnya kami sampai dengan selamat di puskesmas pada jam 10 malam. Lega dan sangat puas rasanya, akhirnya bisa tiba di puskesmas dengan kondsi selamat dan barang-barang yang aman maskipun telah terkena hujan di sepanjang perjalanan pulang.
Kisahku dimalam itu merupakan sebuah pengalaman yang sulit untuk dilupakan, dan masih terekam dengan jelas dibenakku suasana menyusuri sepinya hutan Papua dengan kondisi hujan yang cukup deras di malam hari.
Semoga cerita ini bisah menghibur teman-teman sekalian dan juga bisa ikut sedikit merasakan bagaimana kisah perjuangan kami untuk berusaha memberikan pelayanan Kesehatan terbaik semampu kami di bumi cendrawasih Papua. Sekian dan terimakasih…
Penulis & Editor : Hafizs Nasirun. S.Kep., Ns
Post a Comment for "Nusantara Sehat, Berjuang Keluar Hutan Untuk Mencari Makan Di Perbatasan Indonesia Papua"