Cerita Nusantara Sehat ku, di Pelosok Timur Pulau Seram, Maluku

Impian ku untuk menjelajahi Indonesia dan mengabdikan diri untuk masyarakat serta bangsa dan negara terkabulkan dengan diterimanya saya menjadi bagian dari keluarga besar Nusantara Sehat. Yah, nama saya Rany, saya adalah seorang tenaga kesehatan yang berprofesi sebagai Kesehatan Masyarakat yang ditempatkan di pelosok timur Maluku, tepatnya di salah satu Puskesmas di Kabupaten Seram Bagian Barat di Pulau Seram.  

Awal mulanya saya sama sekali tidak mengetahui apa itu Nusantara Sehat, namun semua itu berubah ketika saya melihat alumni-alumni saya  yang ikut bergabung bersama Nusantara Sehat yang berjuang meningkatkan pelayanan Kesehatan di pelosok negri, selain itu karena memang jiwa saya yang suka berpetualang maka saya berusaha untuk mencari tahu terkait apa itu nusantara sehat? Dan bagaimana caranya sehingga saya bisa ikut bergabung dan mengabdikan diri kepada ibu pertiwi. 

(Foto by : nusantarasehatku.id)

Sebelumnya saya sudah mengikuti proses rekrutmen Nusantara Sehat ini sebanyak dua kali, dan pada saat itu saya masih bekerja di salah satu Badan Hukum Publik.  Ya saat itu pengrekrutan yang di buka adalah Nusantara Sehat Individu, bagi teman-teman yang tau tentang Nusantara Sehat pasti sudah tidak awam lagi bahwasanya Program Nusantara Sehat itu terbagi menjadi dua bagian yaitu NS Team dan NS Individu. 

Sayangnya pada saat itu langkah saya terhenti pada tahap seleksi pertama, khusunya pada pengisian esai, disaat itu saya kembali  merenung dan hati kecil saya berkata “yah mungkin ini adalah jalan yang telah diberikan oleh Allah kepada saya”, menunda pengabdian saya dan menyelesaikan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang telah saya emban pada saat ini.  

Tapi jujur buat teman-teman yang mau bergabung di program Nusantara Sehat, saran dari saya jauhkan rasa sombong dalam hati, apalagi sampai keluar kata-kata "paling nanti pas daftar keterima juga". Karena mendaftar untuk bergabung bersama menjadi keluarga besar Nusantara Sehat tidak semudah yang teman-teman bayangkan saat ini. 

Seiring Bertambahnya tahun maka makin banyak pula lulusan-lulusan baru yang berminat untuk bergabung dan mengabdikan diri kepada bangsa dan negara melalui program Nusantara Sehat ini. Hal ini membuat bertambah tingginya persaingan untuk dapat bergabung di program ini, sehingga hanya orang-orang terseleksi lah  dan orang-orang hebatlah yang mau dan mampu hidup di daerah-daerah tertinggal yang layak untuk bergabung dan menjadi bagian dari keluarga besar Nusantara Sehat.    

Tahun saat saya diterima menjadi Nusantara Sehat adalah tahun dimana pandemi masih melanda Indonesia sehingga proses pembekalan kami dilakukan dengan dua tahapan yaitu melalui distance learning (atau pembelajaran jarak jauh) menggunakan metode CLC, Zoom meeting, dan penugasan selama satu bulan. Dan melalui offlile learning selama 7 hari pembekalan, offline learning dilaksanakan di BBPK Ciloto tepat nya yaitu di Kabupaten Cianjur Jawa Barat.  

Enak banget guys disana, kalua semisal disuruh tinggal disana saya juga mau banget, disana suasananya adem, nyaman, dan pokoknya the best lah soalnya disana daerah puncak. Pantesan kalua orang-orang Jakarta saat libur gitu suka pada kepuncak, ternyata di puncak emang nyaman banget. 

Pada saat H+2 pembekalan hati saya mulai merasakan (dag dig dug) dan hal ini saya rasa tidak hanya dialami oleh saya sendiri namun juga hampir semua anggota Nusantara Sehat Team diangkatan saya, bagaimana tidak pada saat inilah pengumuman penempatan lokus akan disampaikan secara serentak melalui Zoom meeting. Dan akhirnya Jeng jeng jeng ternyata saya mendapatkan lokasi penempatan di Provinsi Maluku, oh ya daerah saya termasuk kategori terpencil.

Pas mendengar kata Maluku secara refleks hatiku berkata “yaampun jauh banget ya”, tetapi tetap tidak lupa mengucapkan syukur karena tidak  ditempatkan di pedalaman Papua karena orang tua dan keluarga saya sangat was-was dan cukup khawatir jika saya mendapat lokus di Papua. 

Waktu tau saya mendapatkan lokus di Maluku saja orang tua langsung down banget sampe bilang bisa tidak sih rany untuk lokusnya diminta tukar ???, dan bersamaan pada saat itu tante saya juga langsung mengirimkan pesan singkat kalua saya harus merenungkan kembali niat saya untuk pergi dan mengabdikan diri kepada ibu pertiwi. 

Tetapi dengan tekat yang kuat saya berusaha untuk terus meyakinkan mereka bahwa semua itu sudah ada didalam doa-doa yang telah saya panjatkan selama ini, dan saya yakin dengan pilihan yang saya ambil saat ini serta saya selalu berfikir bahwa saya diterima di program Nusantara Sehat ini karena atas izin  dan ridha dari nya Allah SWT. 

Tepat pada tanggal 1 Desember 2020 keberangkatan ku dan tim dari Jakarta ke Ambon (JKT-AMQ). Inilah kali pertama saya merasakan perjalanan yang lumayan lama didalam pesawat. Rasa campur aduk serta  penasaran bagaimana lokasi penempatan serta suasananya mulai merusak pikiranku dan masih banyak pertanyan-pertanyaan lain yang memenuhi isi kepalaku terkait lokasi yang akan menjadi tempat pengabdianku salama 2 tahun kedepan. 

Tanggal 3 Desember 2020 saya dan tim sampai dan untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di tempat penempatan yang baru, saat sampai tidak lupa kami memperkenalkan diri masing-masing kesemua pegawai puskesmas, saya merasa sangat senang karena mereka menyambut kami dengan sangat baik, penuh dengan keramahan dan pastinya sangat toleransi.

Waktu perlahan bergerak maju dengan begitu cepatnya dan tidak terasa hari-hari yang kujalani semakin terasa berat, karena disana kami hidup sebagai minoritas.  Bukan untuk rasis, diawal-awal penempatan sangat berat kurasakan, bagaimana tidak saya harus mulai beradaptasi dengan tidak mendengar suara azan, tidak ada masjid, banyak nya anjing peliharaan, dan bahkan babi ternak, dimana suasana ini tidak pernah saya alami dan rasakan sebelumnya. 

Tapi dengan ikrar dan tekat yang  kuat untuk mengabdi, saya mulai berusaha semaksimal mungkin untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar, dan alhamdulillah dengan sangat cepat saya bisa menyesuaikan dengan kondisi tersebut, hal ini juga karena saya memiliki teman-teman seperjuangan yang sama-sama saling mensuport satu sama lain nya.  

Banyak yang mengira menjadi NS itu enak, bisa kerja sambil jalan-jalan gratis, gaji lumayan, relasi banyak, masa depannya baik dan kalimat-kalimat positif lainnya yang sering terdengar.

Tapi kenyataannya tantangan yang kami hadapi jauh lebih besar dari apa yang teman-teman bayangkan. Semakin bertambah nya hari dan bulan, satu-persatu problematika mulai bermunculan baik itu dari lingkungan pekerjaan yang tidak sehat, tempat tinggal yang sudah tidak kondusif dan permasalahan dalam tim.  

Salah satu dari banyaknya problematika yang kami hadapi yaitu, betapa susahnya kami untuk mengakses wilayah kerja kami dan ditambah lagi fasilitas puskesmas tidak ada 1 pun yang diberikan kepada kami. kalau teman-teman bertanya lalu dengan apa kami pergi melakukan pelayanan?, ambulan? Ya, ambulan tentu saja ada, tetapi masalahnya bahan bakar minyaknya  tidak ada hehehe.

Yap itulah yang harus diperjuangkan selama bertugas agar bisa hidup dan tetap waras. Kalau sudah begini jadinya homesick, bawaanya pengen pulang, tapi sayang  jaraknya sangat jauh, capek banget lagi diperjalanan dan butuh biaya yang lumayan menguras isi ATM kalau mau balik ke kampung halaman tercinta.   

Oh yah wilayah kerja Puskesmas Elpaputih ada 8 Desa dan 2 Dusun, terdiri dari 5 wilayah pesisir dan 5 wilayah pengunungan. Untuk wilayah pesisir akses kesana sudah sangat mudah karena jalan sudah teraspal semua dan terletak di poros jalan, sedangkan wilayah pegunungan sangat sulit untuk kami tempuh, jalanan masih rusak parah dan hanya bisa di lewati dengan kendaraan roda 2 saja. 

Dengan melewati jurang disisi kanan dan kirirnya, yang lebar jalananya hanya sejengkal kira-kira lebih kurang dari 1 meter , jalan berbatu, tanah berlumpur, yang kalau kesana pasti pulang-pulang motor harus selalu diservice, belum lagi  kalau terjebak hujan deras, pokoknya  banyak-banyak saja berdzikir dijalan agar selamat sampai tujuan hehehe….  

Saat pertama kali mencoba rutenya awal-awal sih serem tapi lama-kelamaan seru juga nih hehehe “gumamku dalam hati”. Tapi dari semua wilayah pelayanan puskesmas yang ada, terdapat 1 Desa yang masih sangat terisolir sehingga untuk menjangkau lokasi tersebut kami harus rela berjalan kaki selama lebih kurang 3 jam lamanya dengan melewati 5 sungai dengan arus yang cukup deras. 


(Foto by : nusantarasehatku.id)

Hal ini akan mempersulit kami saat musim penghujan tiba, dikarenakan air sungai yang dapat meluap sewaktu-waktu sehingga membuat kami selalu tetap berusa dan berjuang bagaimanapun caranya untuk tetap memberikan pelayanan terbaik semampu kami. Bener-bener ini adalah perjuangan hidup di pelosok negeri yang tidak akan pernah kulapan selamanya, kalau dijabarkan secara rinci mulut ini sampai susah untuk  mengeluarkan kata-kata dan bahkan pikiran ini melayang terbang setinggi-tingginya, mengingat kejadian-kejadian ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya dan saya sendiri akan berada diposisi seperti ini. 

Dengan segala perjuangan yang tidak bisa dibilang mudah, ada sejuta rasa syukur yang selalu terucap didalam hati karena telah diberi kesempatan untuk mengabdi disini serta menginjakkan kaki ditanah Maluku, berbagi ilmu kepada semua masyarakat di Elpaputih, senang dengan segala suguhan keindahan alam yang luar biasa dimilikinya dari laut, gunung, dan bahkan sungai. 

Disini pun saya banyak belajar budaya baru, bahasa baru dan mendapatkan banyak saudara setanah air yang baru, semua memberikan cerita yang indah untuk ku dan akan selalu mendapatkan tempat yang teristimewah di hati dan pikiranku. Terimakasih Nusantara Sehat, Terimakasih Elpaputih.  

Demikian cerita singkat perjalanan ku di plosok timur Maluku, semoga bisa menjadi inspirasi teman-teman semua, tetap semangat dan tetap tebarkan kebaikan kepada semua orang. SALAM SEHAT


Penulis : Rany

Editor : Hafizs Nasirun. S.Kep., Ns

 


1 comment for " Cerita Nusantara Sehat ku, di Pelosok Timur Pulau Seram, Maluku"