Nusantara Sehat Team, Memberi Tanpa Meminta di Ujung Timur Indonesia
Bukan Nusantara Sehat namanya jika tantangan dalam pengabdian yang dilakukan hanya terasa biasa-biasa saja. Jika tantangan yang dirasakan tidak meneteskan keringat dan air mata haru akan pengabdian yang sedang dilakukan. Jika hati tidak terpanggil untuk memberikan pelayanan terbaik ditengah kondisi medan yang saat melihatnya, mulut saja tidak bisa berkata apa-apa.
(Foto by : nusantarasehatku.id) |
Saya Mario NST XVI Papua, pada kesempatan ini saya akan menceritakan sedikit kisah terkait perjuangan kami dalam memberikan pelayanan kesehatan di kampung-kampung terluar dari salah satu distrik paling timur di Kabupaten Boven Digoel Papua.
Pusling (puskesmas keliling) istilah ini bukanlah istilah yang awam ditelinga para pejuang kesehatan primer yang berada di tingkat puskesmas diseluruh Indonesia, apalagi para anggota Nusantara Sehat. Pusling adalah salah satu kegiatan nyata untuk kami anak Nusantara Sehat memberikan pengabdian nyata kepada ibu pertiwi.
Bagaimana tidak pada kesempatan ini kami harus terjun ke kampung-kampung terluar yang jaraknya tidak bisa dibilang dekat dengan lokasi puskesmas penempatan. Tujuan nya yaitu untuk memberikan pelayanan Kesehatan secara menyeluruh kepada seluruh masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dan sulit menjangkau puskesmas untuk berobat setiap harinya.
Yah di puskesmas kami untuk kegiatan puslingnya selalu dilakukan di minggu pertama setiap bulannya. Pusling ini dimulai dengan kampung terdekat dengan lokasi puskesmas, jaraknya berkisar 1 Km-2 Km saja. Tidak banyak tantangan yang kami dapat saat melakukan pelayanan kesehatan di lokasi ini, hal ini dikarenankan akses jalan yang bagus dan jarak yang sangat dekat membuat kami tidak membuang banyak energi saat melakukan pelayanan kesehatan.
Setelah selesai pusling di kampung pertama, biasanya kami langsung kembali ke mes puskesmas untuk istrahat sembari mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan pelayanan di kampung kedua. Jam 8 pagi tepatnya kami berkumpul dan bersiap melakukan pusling di hari kedua.
Saat pusling dilakukan diluar puskesmas maka kami biasanya menggunakan motor. Motor yang digunakan biasanya berjumlah 4-5 buah motor dengan jumlah tenaga 8-10 orang. Pusling kedua biasanya memiliki tantangan yang cukup besar hal ini dikarenakan jalan rusak berlumpur serta jarak yang lumayan jauh dari puskesmas. Biasanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit- 1 jam perjalanan dengan motor, namun hal ini akan berbeda cerita jika tidak memiliki boncengan maka perjalanan yang dibutuhkan hanya lebih kurang 30 menit saja.
Ada banyak cerita lucu saat pusling kedua ini dimulai, dari ban motor yang tersangkut di kubungan lumpur, motor yang masuk ke kubangan lumpur karena salah jalur, cerita mengangkat motor dan mendorong motor yang terhimpit oleh lumpru-lumpur yang sangat lengket, dan bahkan drama jatuh bersama sembari mencium tanah air saat hujan tiba yang merupakan langganan tiap bulannya ketika pusling saat hujan maupun setelah hujan selesai. Ini semua menjadi penghibur lara dikala kelelahan mulai menghampiri bersama.
Oh iya untuk sedikit informasi di kampung kedua jalannya sudah beraspal, jadi membuat kita sedikit lega dan menyimpan sedikit cadangan energi untuk melakukan pelayanan nanti. Dikampung kedua ini untuk pelayanannya dilakukan secara bersamaan yaitu pelayanan posyandu bayi dan balita, KIA dan KB, serta pelayanan posyandu lansia, kegiatan ini sama dengan pelayanan posyandu di kampung ketiga dan keempat .
(Foto by : nusantarasehatku.id) |
Berbeda dengan di kampung pertama, dimana pelayanan posyandu bayi dan balita serta posyandu lansia dilakukan dihari yang berbeda dengan selang waktu satu hari. Hal ini dilakukan karena pasien yang cukup banyak dan loaksi yang sangat dekat dengan puskesmas penempatan kami.
Seperti biasanya dikampung kedua ini, pustu (puskesmas pembantu) kami jadikan sebagai beskem untuk tempat menginap, berhubung masih ada dua kampung lagi yang menunggu untuk diberikan pelayanan kesehatan terbaik dari kami semua. Oh iya karena saat ini jalan sedang rusak-rusaknya maka kami di paksa untuk menginap di kampung kedua untuk beberapa bulan pusling kedepannya. Bukan tanpa alasan, jika harus Kembali ke puskesmas maka kami akan membuang banyak tenaga untuk pusling hari berikutnya. Hal ini dikarenakan jarak puskesmas dengan kampung ketiga lebih kurang 2 jam perjalanan dengan motor.
Ada banyak cerita dan kisah seru saat menjelang sore dan malam tiba di kampung ini. Mulai dari drama tower (penampung) air yang habis karena kran air yang rusak, sehingga memaksa kami untuk numpang mandi di rumah warga setempat, bahkan jika air dirumah warga mulai habis balai kampung dan gereja merupakan salah satu tempat yang menjadi sasaran kami untuk mandi dan bahkan buang hajat.
Pokoknya, kisah cerita perjuangan mandi dan mencari air ini akan susah terlupakan dan akan selalu dikenang selamanya. Puncak drama akan dimulai saat malam hari, biasanya setelah masak dan makan malam bersama maka kami akan mengisi keheningan malam dengan berbagai macam kegiatan seru yang mengundang canda dan tawa. Salah satunya yaitu bermain UNO. Yah begitulah, sekumpulan kartu yang terbuat dari kertas ini merupakan barang paling berharga saat malam menjelang tiba.
Bagaimana tidak, jika barang ini tidak ada maka malam kami akan terasa sepi dan hampa. Kami biasanya bermain kartu ini dengan 7-8 orang anggota, aturan permainan nya pun biasa kami yang tentukan sendiri. Canda tawa serta senyum yang terlempar tanpa sengaja membuat tubuh ini seakan mendapatkan energi kembali setelah melakukan palayanan seharian full. Namun cerita dimalam ini belum selesai begitu saja dan masih akan dilanjutkan dengan malam berikutnya setelah melakukan pelayanan di kampung terluar ke tiga.
Saat fajar mulai terbit di keesokan harinya, kami mulai bergegas mempersiapkan seluruh bahan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan pelayanan nanti. Biasanya kami berangkat agak lebih pagi lagi untuk ke kampung ke tiga ini, hal ini dikarenakan jalan lumpur yang sangat rusak dan membutuhkan waktu perjalanan yang cukup Panjang. Perjalanan biasanya kami tempuh selama 1 ½ -2 jam perjalanan jika hujan tiba mungkin waktu yang kami butuhkan untuk sampai di lokasi pelayanan akan bertambah mundur lagi.
Yah seperti sebelumnya, ada banyak drama juga yang kami dapatkan di sepanajng perjalanan ini baik itu rekan-rekan yang terjun bebas saat berboncengan karena jalan yang sangat licin, motor yang harus di pikul 3-4 orang karena masuk dan berenang di dalam lumpur, bahkan ada salah satu dari team kami yang terpeleset sehingga kakinya sampai sepaha tenggelam masuk kedalam kuabangan lumpur.
Yah kisah-kisah klasik ini lagi-lagi selalu memberi warna dalam perjalan kami. Untuk sekedar informasi setelah melakukan pelayanan Kesehatan maka kami akan bergegas untuk kembali ke kampung kedua untuk beristirahat dan menginap kembali. Hal ini dikarenakan di kampung ketiga kami tidak mendapatkan akses air, baik itu untuk mandi dan kegiatan lainnya. Selain itu perlengkapan dapur yang tidak ada sehingga memaksa kami untuk kembali ke kampung ke dua.
Selain jarak kampung ke dua lebih dekat dengan kampung ke empat di banding kampung ke tiga, jaringan menjadi salah satu alasan terkuat untuk kami tidak menginap di kampung ini. Oh yah sampai februari tahun 2022 ini jaringan telkomsel dan wifi dari kementrian komunikasi belum masuk ke tempat ini, sehinga untuk berkomunikasi dengan dunia luar sangat susah untuk dilakukan saat kita dilokasi ini.
Dan akhirnya hari ini adalah hari yang telah kami tunggu-tunggu, bagaimana tidak, hari ini adalah hari terakhir kami melakukan pusling di bulan ini dengan kampung terakhir yang kami tuju. Namun tantangan terbesar dari ke empat kampung yang biasanya kami kunjungi itu terletak pada kampung yang ke empat. Bukan main-main semua medan yang terdapat disepanjang perjalanan menuju kampung terakhir ini tidak ada satu pun yang bisa dibilang baik.
(Foto by : nusantarasehatku.id) |
Jalan berlumpur, perbukitan dengan jalan yang licin serta jurang di kanan maupun kirinya, jembatan yang terputus serta terdapat beberapa jembatan yang rusak dan terpaksa kita lalui agar sampai di tempat tujuan untuk melakukan pelayanan terbaik kami. Semua jalur khususnya jembatan yang terdapat disepanjang perjalanan menuju kampung ini semuanya tidak layak pakai, tidak sedikit juga pegawai puskesmas serta masyarakat sekitar yang mengalami kecelakaan saat melakukan penyebrangan.
Namun semua itu tetap kami lakukan dengan penuh hati-hati meskipun mengorbankan nyawa kami, karena yang terpampang dibenak kami bagaimana caranya sampai tepat waktu dengan keadaan selamat sampai di tempat tujuan, kerena telah banyak masyarakat yang menunggu kedatangan kami untuk diberikan pelayanan kesehatan. Oh ya untuk di kampung ke empat ini masyarakatnya cukup aktif dalam melakukan pengobatan tiap bulannya di banding dua kampung terluar laiinya.
Setelah pelayanan di kampung ke empat selesai maka kami bergegas pulang menuju puskesmas, biasanya satu hari setelah melakukan pusling bulanan kami akan mengadakan acara kecil-kecilan di lingkungan puskesmas seperti bakar-bakar ikan maupun ayam dengan tujuan menghibur diri sendiri setelah kelelahan melakukan pusling selama tiga hari diluar kampung.
Sungguh perjalanan pusling yang penuh banyak cerita dan kisah unik tiap bulannya, serasa memori dikepala ini tidak muat lagi untuk menyimpan semua kenangan dari setiap kejadian-kejadian yang ada. Dan dari setiap kejadian yang terjadi ada banyak pembelajaran dan hikmah di dalamnya, dan semoga pelayanan dan pengabdian untuk meningakatkan pelayanan Kesehatan ini terus berlanjut dari masa-kemasa sehingga terjadi peningkatan pelayanan Kesehatan secara merata di seluruh Indonesia khususnya di daerah-daerah yang sangat tertinggal, perbatasan dan kepulauaan.
Demikianlah sedikit cerita dari pengabdianku di kampung-kampung terluar di distrik paling timur di tanah cendrawasih, semoga dapat sedikit menghibur dan memberikan gambaran bagaimana pelayanan yang dilakukan didaerah-daerah terpencil di Indonesia. Sekian dan terimakasih …
Penulis & Editor : Hafizs Nasirun. S.Kep., Ns
Post a Comment for " Nusantara Sehat Team, Memberi Tanpa Meminta di Ujung Timur Indonesia"